Anggota Kelompok:
Ø Algie Imam A
Ø Algie Imam A
Ø Ariyanti
Humala L
Ø Joy
Arga
Ø M.
Hafid
Ø Reno
Rimawan
Ø Rizki
Maulidi A
Kelas 2KA42
j
Nama Buku : Filsafat Ilmu
Pengarang : Jujun S. Suriasumantri
Penelitian
Ilmiah
Penelitian merupakan kegiatan untuk mendapatkan
pengetahuan. Pengetahuan ini bisa berupa pengetahuan ilmiah, informasi untuk
pengambilan keputusan, atau pengetahuan lainnya yang diperoleh untuk tujuan
tertentu. Pembedaan di lakukan untuk menejelaskan tidak semua penelitian itu
diarahkan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Kegiatan penelitian ilmiah
mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmu pengetahuan dalam
memperoleh pengetahuannya. Prossedur yang di gunakan dalam penelitian murni ini
dinamakan epistemology” penemuan teori baru”. Penelitian terapan bertujuan untuk
memecahkan masalah yang di hadapi dalam kehidupan dengan mempergunakan teori
ilmiah yang telah di temkukan sebagai acuan.
Argumentasi
untuk Pengembangan
Episemologi
Pemecahan Masalah
Epistemologi untuk memperoleh pengetahuan yang
berupa teori atau konsep baru hanya yakni epistemology penemuan teori baru.
Penemuan teori atau konsep baru jarang dilakukan dalam penelitian akademik yang
berbentuk skripsi, tesis atau disertasi. Penelitian
akademik biasanya berorientasi pada penelitian terapan yang bertujuan
memecahkan permasalahan praktis dengan mengacu kepada teori ilmiah yang
relevan.Epistemologi penelitian ilmiah di mulai dengan pengumpulan data ini
kemudian diberikan justifikasi secara teoretis.
Kelebihan epistemology penemuan ilmiah adalah efektif
untuk menemukan penemuan baru. Kekurangannya adalah tidak membentuk cara berpikir yang
konsepsional, nalar dan antisipatif.
Penelitian untuk mendapatkan konsep baru dalam
bentuk teori substantive sebenarnya tidak terlalu sukar untuk dilakukan dengan
mempergunakan metode penelitian kualitatif seperti grounded research.
Epistemologi pemecahan masalah adalah prosedur
penelitian yang melakukan penalaran deduksi dalam pengajuan hipotesis seperti
yang dilakukan dalam epistemology penemuan teori baru. Artinya, hipotesis
dirumuskan berdasarkan argumentasi teoritis. Dalam
epistemology penemuan ilmiah maka hipotesis yang dikemukakan biasanya merupakan
hipotesis yang tidak defintif seperti “ada hubungan antara x dengan y” atau
“ada perbedaan antara x dengan y” yang lebih merupakan hipotesis statistic
ketimbang hipotesis yang memberikan jawaban sementara terhadap permaslaahn yang
di hadapi. Bentuk hubungan tidak dapat ditentukan dalam hipotesis sebab tidak
ada kerangka berpikir yang mendukungnya. Hal ini keadaanya berbeda dalam
prosedur epistemology pemecahan masalah.Epistemologi pemecahan, di pihak lain,
mampu memberikan hipotesis yang defintif sebab didukung oleh kerangka
argumentasi yang bersifat nalar. Artinya epistemology pemecahan masalah akan
mampu merumuskan hipotesis seperti “terdapat hubungan positif antara “x dan y“
dab “x > y” dan “x < y”. Dengan demikian epistemology pemecahan
masalah bukan saja membentuk kemampuan berpikir dalam kegiatan penelitian namun
juga dalam kegiatan belajar keilmuan. Untuk
itulah maka prosedur yang akan dipergunakan sebagai landasan bagi penelitian
akademik adalah epistemology pemecahan masalah.
Bentuk
Penelitian dan Metodenya.
Bentuk penelitian dapat di pilih sesuai dengan
tujuan penelitian.
Bentuk penelitian ada 2 yaitu :
· Penelitian murni : untuk penemuan teori atau konsep
keilmuan baru sedangkan penelitian terapan beragam bertujuan untuk memecahkan
masalah dengan mengacu pada teori – teori ilmiah yang relevan.
Deduksi postulasional
mempergunakan premis yang mungkin merupakan hasil induksi empiris. Contohnya
teori Newton yang disusun secara deduksi postulasional mempergunakan premis
yang berupa penemuan galileo, Copernicus dan Kepler. Metode eksperimen dalam menyusun
teori baru yang ditemukannya juga akan mempergunakandeduksi postulasional.
Semua bentuk penelitian ini pada hakikatnya tetap mengacu kepada metode ilmiah
dengan asas logico-hypothetico-verifikatif.
Bagi
penelitian pemecahan masalah terdapat banyak sekali bentuk penelitian yang
dapat dipilih. Penggolongan bentuk penelitian ini dapat di lakukan berdasarkan
unit analisis yang dipergunakan dalam penelitian. Kategori pertama adalah
penelitian yang unit analisisnya adalah idea
atau teori yang telah ada. Penelitian
yang unit analisisnya adalah idea atau teori dinamakan peelitian
teoritik.Kategori edua adalah penelitian yang unit analisisnya adalah fakta. Fakta yang di maksud berada di
dunia empiric dan oleh sebab itu penelitian ini dinamakan penelitian empiric.Penelitian Eksploratoris kbertujuan untuk
melakukan eksplorasi terhadap suatu objek penelitian dengan pendeketan yang
bersifat deskriptif, metode kualitatif idiografis dan content analysis. Untuk
tujuan pengambilan keputusan kadang – kadang survey deskriptif melakukan
analisis seperti itu namun tahapannya tetap pada hubungan yang bersifat
factual.Penilitian content analysis, data deskriptif yang diperoleh dapat saja
dianalisis lebih lanjut dalam bentuk factual.Eksperimen lain yang berharga ddi
jadikan penelitian akademik adalah action
research.
Management Information System (MIS) adalah saran untuk pengambilan keputusan.
Cara menilai efektivitas penerapan dalam Action
Research adalah dengan jalan membandingkan kondisi pengambilan keputusan
sebelum MIS di terapkan dengan sesudah MIS di terapkan. Action
Research merupakan
penelitian yang dampaknya terlihat dengan nyata sebab penelitian ini merupakan
invasi konseptual terhadap sebuah system kelembagaan yang memungkinkan
terjadinya perubahan secara permanen. Variasi lain dari eksperimen adalah
penelitian expost facto. Penelitian
ini di lakukan setelah suatu kejadian besar terjadi, umpamanya setelah bannjir
melanda sebuah kota.Bentuk penelitian lain adalah meta-analisis yang unti alasisinya adalah data seconder. Data seconder adalah data yang di ambil dari publikasi
orang lain. Jadi meta-analisis ini termasuk kedalam oenelitian kepustakaan
dengan mempergunakan metode penelitian meta-analisis.Penelitian ini berfungsi
untuk menganalisis kembali bermacam- macam hasil penelitian didekati dari sudut
pendeketan tertentu dan mencoba menemukan pola baru.
Dalam epistemologi pemecahan masalah teori dipergunakan sebagai
justifikasi bagi perumusan hipotesis, sedangkan dalam epistemologi penemuan
ilmiah teori dipergunakan sebagai justifikasi bagi kesimpulan yang ditarik dari
data empirik. Kelebihan dari epistemologi pemecahan masalah adalah membentuk kemampuan dalam berpikir secara
konseptual, lard an antisipatif. Untuk itu maka epistemologi pemecahan masalah
adalah cocok bagi penelitian akademik dalam bentuk skripsi, tesis dan
disertasi.
Kegiatan penelitian merupakan operasionalisasi dari
metode ilmiah. Seperti diketahui metode ilmiah merupakan gabungan dari berpikir
deduksi dan induksi dengan jembatan hipotesis. Pola pikir dan urut-urutan pikir
harus dipahami agar penelitian kita bersifat sistematik dan nalar.
PENGAJUAN MASALAH
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder,
dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu saja tidak semua yang kita
amati mendorong proses kegiatan imiah. Pengamatan yang mendorong kita untuk
berpikir atau bertindak adalah pengamatan yang “menggelitik” diri untuk
mempertanyakan lebih lanjut kenyataan yang kita alami.Raelitas yang kita amati
yang menjadi objek perhatian kita biasanya merupakan suatu situasi yang
kompleks yang terjalin dari berbagai fakta. Realitas yang menjadi objek
perhatian kita tersebut dinamakan latar belakang masalah. Latar belakang
masalah merupakan gambaran besar (big picture) dimana kita temukan didalamnya
gambaran yang lebih kecil yang menarik minat kita. Berbagai fakta yang bersifat
menyeluruh dan belum terfokus pada satu fakta khusus yang benar-benar menjadi
perhatian kita. Bencana alam, umpamanya, terdiri dari berbagai macam seperti
tanah longsor, gempa, banjir, gunung api meletus dan bahkan tsunami. Dalam
realitas yang kompleks ini kita harus mengidentifikasikan masalah yang menjadi
fokus perhatian kitam. Katakanlah kita memilih “banjir” menjadi pusat perhatian
kita dan pilihan ini merupakan identifikasi dari masalah yang ingin kita
perhatikan lebih lanjut. Dalam memilih banjir sebagai masalah yang kita
identifikasikan sebagai masalah tentu saja kita harus mempunyai alasan
tertentu.
Dalam memilih masalah penelitian anda harus
menanyakan dua hal kepada diri anda sendiri: apakah landasan teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang anda pilih itu dikuasai dengan baik atau
tidak? Dan apakah anda menaruh minat terhadap permasalahan yang anda pilih. Hal
ini berarti bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang penting sekali
ndalam tahap penelitian.
Pembatasan masalah merupakan keharusan dalam
penelitian akademik sebab dalam hal ini berlaku kriteria bukan kuantitas
jawaban yang dipentingkan melainkan kualitasnya. Dalam era penggunaan komputer
dewasa ini mengolah tiga variabel atau dua puluh variabel penelitian menjadi
persamaan regresi jamak (multiple regession) tidak terlalu menjadi persoalan.
Namun dalam hal ini kita harus mengingat bahwa setiap penemuan ilmiah ,
terutama dalam penelitian akademik , harus mempunyai justifikasi ilmiah. Dalam
pembatasan masalah misalnya ada tiga faktor yakni curah hujan, daerah resapan
air dan faktor manusia yang menyebabkan banjir. Dengan demikian masalah kita
dapat dirumuskan yaitu “pengaruh curah hujan, daerah resapan air dan sikap
manusia kepada kelestarian lingkungan terhadap banjir”. Perumusan masalah dalam
ringkasan penelitian atau bab mengenai kesimpulan penelitian dinyatakan dalam
bentuk pernyataan secara umum.
Jadi dari awal kita harus sudah dapat memperkirakan
lingkup dan cakupan penelitian kita. Jangan sampai kita sudah pada tahap
pengumpulan data ternyata datanya tidak ada. Atau, kalaupun ada datanya hanya
dapat diperoleh pada level yang berada di luar jangkauan kita. Demikian juga
dengan daerah resapan air. Kita dapat mengukurnya, umpamanya dari besarnya
penyusutan daerah resapan air ini. Agar besar penyusutan ini dapat dibandingkan
dari wilayah satu ke wilayah lain kita dapat mengukurnya dari besaran luas
secara absolut (umpamanya hektar atau kilometer persegi) melainkan besaran
relatif yakni besaran persentase penyusustan.
Pengukuran secara relatif sebagaimana kita lakukan
di atas dapat diterapkan dalam mengukur intensitas banjir. Secara teoretis
intensitas banjir dapat diukur dari “tinggi” air banjir dan “luas” wilayah yang
kena banjir. Pengukuran yang lebih mudah, dan biasanya datanya tersedia, adalah
berdasarkan luas areal yang terlanda banjir. Apalagi luas areal ini juga secara
teoretis sudah memasukkan tinggi air banjir ke dalam persamaannya: dimana
semakin tinggi banjir maka semakin luas areal yang terkena, disebabkan air
mengalir ke tempat yang lebih rendah. Pengukuran luas yang kena banjir secara
absolut juga tidak dapat dibandingkan sebab luas masing-masing desa
berbeda-beda. Untuk itu maka ukuran yang dapat dipakai adalah besaran relatif
yakni presentase wilayah desa yang terkena banjir.
Kerangka
Berpikir dan Pengajuan Hipotesis
Penyusunan kerangka berpikir menjadi dasar dalam
pembuatan hipotesis. Penyusunan kerangka berpikir secara deduktif dalam
pengajuan hipotesis pada hakikatnya sama dengan deduksi untuk menguji kebenaran
teori baru secara empiris. Dalam pengujian teori baru deduksi hipotesis
mengunnakan preposisi yang terkandung dalam teori itu sendiri sedangkan
penelitian kita menggunakan teori orang lain yang diacu untuk pemecahan
masalah.
Deskripsi teoritis mengemukakan berbagai teori
variabel dan juga menganalisis teori-teori tersebut dari sisi kekurangan dan
kelebihannya tersebut. Tujuan analisis adalah agar penyusunan proposisi terbaik
berdasarkan sintesis dari teori tersebut.Kesimpulan dan kajian deskripsi
teroritis disebut sebagai definisi.Definisi yang kita gunakan dalam penelitian
ialah bernama konstruk.Konstruk harus ditetapkan dengan alasan yang cukup,
sebab bisa saja dipertanyakan orang lain dalam ujian yang kurang setuju dengan
konstruk tersebut.Sebagai konsep bagi penyusunan instrumen, konstruk harus merupakan
pernyataan yang mengandung indikator yang bersifat operasional dan dapat
diukur.
Konstruk yang baik mengandung indikator-indikator
berdasarkan penilaian kognitif, afektif, dan konasi. Definisi mengandung
indicator-indikator yang jelas dan dapat digunakan dalam penyusunan instrumen
penelitian.Setelah merumuskan konstruk, kita dapat menyusun deduksi hipotesis
dalam kerangka berpikir.Deduksi pada umumnya merupakan bentuk dari silogisme
seperti di bawah ini:
Premis 1 :
x adalah … (konstruk mengenai x)
Premis 2 :
y adalah … (konstruk mengenai y)
Kesimpulan :
jika x maka y
Sederhananya konstruk digunakan untuk mewakili
teori-teori yang kita gunakan dan menggunakan konstruk sebagai premis dalam
argumentasi membuat argument kita semakin efektif dan efisien.
Hipotesis yang disimpulkan dalam kerangka berpikir
bersifat definitif dan bukan merupakan hipotesis terbuka atau netral. Hipotesis
definitif mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1. Akurat
dalam prediksi pernyataan “Ada hubungan” yang masuk kedalam hubungan negatif
atau positif
2. Mencerminkan
deduksi hipotesis metode ilmiah yang memprediksi gejala empiris
3. Menggambarkan
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam pengambilan keputusan
4. Membiasakan
diri melatih cara berpikir yang bersifat konsepsional, nalar, dan antisipatif.
Kelebihan lain dari kerangka berpikir ialah deduksi
hipotesis terangkum didalam kerangka berpikir dan merupakan konteks justifikasi
bagi penelitian kita.Dalam penelitian, justifikasi dilakukan setelah penemuan.
Dan langkah-langkah penyusunan kerangka berpikir dapat disederhanakan sebagai
berikut:
Ø Deskripsi
teoritis
Ø Kerangka
berpikir
Ø Pengajuan
Hipotesis
Metodologi
Penelitian
Merodologi penelitian merupakan kumpulan metode yang
digunakan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data. Untuk menentukan metode
penelitian, kita harus menentukan tujuan penelitian. Tujuan penelitian mencakup
variabel-variabel yang telah ditelaah dalam penelitian serta bentuk hubungan
antarvariabel yang diteliti.Ada berbagai metode penelitian. Metode eksperimen
adalah metode yang sering dipakai untuk tujuan membedakan. Survei adalah metode
yang digunakan untuk menentukan hubungan antarvariabel yang dibatasi jumlahnya
pada suatu wilayah tertentu.Cara-cara penyusunan instrument dapat dibaca dibuku
metodologi penelitian yang secara khusus membahas mengenai hal itu. Konsep yang
digunakan dalam kajian teroritis adalah definisi konseptual. Konsep yang digunakan
sebagai definisi konseptual disebut konstruk.
Instrumen merupakan
salah satu kemampuan yang harus dimiliki peneliti sosial.instrumen ini harus
disusun dengan benar sebab harus lolos dari pengujian instrumen baik berupa
“keabsahan” (validity) instrumen maupun “keandalan” (reliability) instrumen.
Instrumen yang valid adalah instrumen yang benar-benar mengukur “apa yang harus
diukur” artinya tidak ngawur, sedangkan instrumen yang andal (reliable) adalah
instrumen yang memberikan “hasil pengukuran konsisten”. Hasil pengujian
instrumen dilaporkan dalam bab metodologi penelitian bukan hasil penelitian.
Metode
selanjutnya adalah metode pengambilan contoh. Pada prinsipnya semua pengambilan
contoh untuk generalisasi mempergunakan teknik acak (random). Teknik yang paling
sederhana ialah teknik acak sederhana (simple random sampling technique).
Teknik yang sangat berguna dalam penelitian ilmu-ilmu sosial adalah cluster
random sampling.
Terakhir
sekali adalah metode analisis data. Untuk analisis secara kuantitatif dengan
mempergunakan statistika yang akan dipergunakan untuk analisis secara
kualitatif diperlukan secara terperinci langkah-langkah yang akan ditempuh
untuk sampai kepada kesimpulan akhir berupa kesimpulan penelitian.
METODOLOGI PENELITIAN
·
Tujuan
penelitian
·
Tempat/waktu
penelitian
·
Metode
penelitian
·
Metode
penyusunan instrumen
·
Metode
pengambilan contoh
·
Metode analisis
data
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian kita pada dasarnya adalah data yang telah
berhasil kita kumpulkan dan kita olah. Terdapat empat jenis kelompok data yakni
data mentah yang terkandung dalam kuesioner, data mentah yang telah diolah
dalam bentuk tabel, data mentah yang telah diolah secara deskriptif dan data
yang merupakan kesimpulan pengujian hipotesis. Data yang telah diolah dalam
bentuk tabel ditaruh dalam lampiran.
Data mengenai hasil penelitian terdiri dari tiga bagian yakni
deskriptif data, pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis. Data
dekriptif harus dijelaskan atau ditafsirkan sebab keberadaan data tersebut
harus merupakan informasi yang berguna bukan sekedar data statistik. Setelah
semua variable data deskriptif dilaporkan dan ditafsirkan maka kita memasuki
sub-bab pengujian persyaratan analisis.
Pengujian persyaratan analisis ini dilakukan sebagai
persyaratan untuk mempergunakan teknik analisis statistika tertentu. Sesudah
berbagai asumsi dipenuhi maka kita masuk kepada tahap pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis melaporkan apakah hipotesis penelitian yang kita ajukan
diterima atau ditolak data.hal kedua yang harus dilakukan dalam laporan
pengujian hipotesis adalah menafsirkan penemuan-penemuan empirik setelah
diterima sebagai proporsi ilmiah. Dalam hal ini kita menerjemahkan persamaan
matematik dalam bentuk numerik menjadi pernyataan verbal.
HASIL PENELITIAN
·
Deskiptif data
·
Pengujian
persyaratan analisis
·
Pengujian
hipotesis
·
Keterbatasan
penelitian
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab
ini biasanya dibuka dengn menyatakan tujuan penelitian, yang dinyatakan secara
garis besar, sebagai titik awa untuk mengemukakan kesimpulan penelitian. Bab
terakhir ini sebenarnya merupakan bagian yang terpenting dari suatu penelitian
pemecahan masalah sebab disinilah akan diuraikan secara mendalam bagaimana
masalah yang telah dikemukakan akan dipecahkan.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
·
Kesimpulan
penelitian
·
Implikasi
penelitian
·
Saran penelitian
Teknik Notasi Ilmiah
Tidak semua aspek dari
notasi ilmiah tersebut akan dibahas disini melainkan bagian penting saja.
Diharapkan dengan menguasai aspek yang bersifat esensial maka seorang akan
mampu mengkomunikasikan gagasannya secara ilmiah, atau paling tidak mampu
memahami sebuah karya ilmiah.
Tanda catatan kaki
diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang
naik diketik setengah spasi. Atau bias juga kita mempergunakan lambing tertentu
yang dengan catatan bahwa lambang yang sama dapat di ulangi dalam halaman yang
berbeda, namun lambang yang berbeda harus dipergunakan disetiap catatan kaki
dalam halaman yang sama.catatan kaki dengan mempergunakan angka diberi nomer
mulai dari angka 1 sampai habis catatan kaki dalam 1 bab.
Catatan kaki ditulis
dalam satu spasi dan dimulai dari inggir, atau dapat dimulai setelah beberapa
ketukan dari pinggir, asalkan dilakukan secara konsisten, nama pengarang yang
jumlahnya sampai tiga orang dituliskan secara lengkap sedangkan jumlah
pengarang lebih dari tiga orang hanya dituliskan nama pengarang pertama
ditambah kata et al. (artinya dan lain-lain).
Sebuah makalah yang
dipublikasikan dalam majalah, Koran, kumpulan karangan atau dituliskan dalam
forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip disertai informasi mengenai makalah
tersebut :
KARLINA, “ SEBUAH
TANGGAPAN : HIPOTESIS DAN SETENGAH ILMUAN “ Kompas, 12 Desember 1981,hlm. 10.
Dengan memakai nitasi
op.cit.( artinya dalam karya yang telah di kutip ).
Dalam catatan kaki nama
pengarang dituliskan lengkap dengan tidak mengalami perubahan apa-apa, umpamanya, Harold A. Larrabee. Sedangkan dalam daftar pustaka nama pengarang
disusun sesuai abjad nama huruf awal familiny, yakni : Larrabee, Harold A. tujuan utama catatan kaki adala untuk
mengidentifikasikan lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip. Di pihak lain, tujuan utama dari daftar
pustaka sendiri adalah untuk mengidentifikasikan karya ilmiah itu sendiri.
Untuk itu maka dalam daftar pustaka tanda kurung yang membatasi penerbit dan
domisili penerbit dihilangkan dan juga demikian lokasi halaman. Dengan demikian
maka catatan kaki nomer 1,4,5,6,9,11 dan 13 bila dimasukan ke dalam daftar
pustaka mengalami perubahan.
Daftar pustaka ini
kemudian disusun menurut abjad dari nama family pengarangnya dan diletakkan
dalam bab tersendiri yang biasanya diletakkan di belakang karangan. Untuk
pengertian dengan mempergunakan computer maka judul buku yang dituliskan dengan
garis di bawahnya dapat diganti dengan huruf miring ( italic ).
Publikasi ilmiah dari
keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan di suatu wilayah bukan saja akan
memperkaya khasanah teoritis keilmuan yang dilengkapi dengan data-data empiris
tetapi tetapi juga pembinaan terhadap sumber daya manusia dalam bidang keahlian
tertentu.
Format Rencana
pembangunan Lima Tahun (REPELITA) di aman orde baru, pada dasarya mempergunakan
pemikiran dasar PPBS yang bersifat output oriented.dengan mengintegrasikan
bappenas. Departemen keuangan dan departemen lain yang terkait dalam sebuah
system perencanaan, penyusunan program dan penganggaran terpadu.
Systems
Thinking:
Kerangka Ilmu untuk Pendekatan Multidispliner
Kerangka Ilmu untuk Pendekatan Multidispliner
Salah satu kelemahan dalam caara berpikir ilmiah
terletak pada cara pandang (objek forma) yang melihat objek pemikiran
kita(objek materia) merupakan fakta yang terisolisasi dari fakta-fakta lain
disekitarnya. Cara pandang keilmuan ini cenderung membentuk cara berpikir yang
terbatas dan bersifat konvergen dalam pengambilan kesimpulan.
Siatuasi ini disebut sindrom yang disebut sebagai deformation professionale: yakni
deformasi bentuk disebabkan cara pandang profesi yang sempit. Dewasa ini kita
sering melihat analisis kebijakan (policy analysis) yang sifatnya sangat ilmiah
namun sangat sempit pandangannya.
Banyak lagi
wacana analisis kebijakan yang diambil para pengambil keputusan, meminjam
pernyataan Presiden John F.Kennedy, adalah “smart but not wise”(cerdas namun
tidak bijak). Bagi rencana kota(city planner) reklamasi pantai yang menimbulkan
banjir pada masyarakat miskin disekitarnya merupakan persoalan teknis yang
teknis yang tidak dapat dihindarkan. Berpikir sistem (system thinking)
memberikan “kerangka pikir” yang dapat diisi oleh berbagai disiplin keilmuan
dalam pendekatan multi disipliner.
Secara filosofis , berpikir sistem bersifat
komplementer terhadap berpikir ilmiah , sebab keduanya saling melengkapi dan
saling menutupi.
Perbedaan
Filosofis antara Berpikir Ilmiah dengan Berpikir Sistem
Bila kedua cara berpikir itu dibandingkan maka
segera terlihat perbedaan filosofis antara berpikir ilmiah dan berpikir
sistem.Secara ontologis, unsur realitas dalam berpikir ilmiah adalah fakta
sedangkan unsur realitas dalam berpikir sistem adalah sistem.Kalau kita
membongkar jalinan kabel dalam tanah maka secara ilmiah maka jaringan kabel,
kegiatan lalu lintas, dan pejalan kaki adalah fakta yang berdiri
sendiri-sendiri.
Jadi kalau galian kabel di jalan raya menimbulkan
kesemrawutan dan kemacetan maka secara ilmiah semua itu adalah logis sebab kita
menganalisa kegiatan kabel terpisah dari unsur realitas sekitarnya seperti
kegiatan lalu lintas dan pejalan kaki.Secar Epistemologis, baik berpikir ilmiah
maupun berpikir sistem, kedua-duanya mengguankan logika deduktif dan induktif
namun berbeda dengan tujuan nya. Jadi kalau penggalian kabel dianggap sebagai
sistem yang terkait dengan kemacetan lalu lintas dan kegiatan pejalan kaki maka berpikir
sistem mencoba mencari solusi yang efektif atau efisien dari keterkaitan ketiga
unsur tersebut yang disebut sistem.Salah satu cara pikir dalam memandang sistem
adalah logika sistem terbuka(the logic of open system).
Kegiatan berpikir sistem didasarkan pada asumsi
bahwa realitas adalah suatu sistem terbuka di mana terdapat input yang diimpor
dari sistem lain dan output yang diekspor ke sistem yang lain pula.Jadi
pemecahan masalah pendidikan,menurut berpikir sistem, harus diselesaikan dengan
melibatkan semua unsur tersebut yakni murid (input), tenaga terdidik(output)
dan instrumental input yang berupa guru(man), biaya pendidikan (money),
prasarana dan sarana pendidikan (material), serta kurikulium(method).
Tujuan penerapan systems thinking terhadap sebuah
sistem adalah menghasilkan sebuah sistem yang lebih efektif atau efisien.
Sebagai contoh jika tujuan kita ingin menghasilkan lulusan yang lebih baik maka
secara sistematik kita harus membikin sistem pendidikan yang lebih efektif yang
terdiri dari sejumlah faktor pendidikan.
Secara aksiologis, seperti sudah kita singgung
sebelumnya, sistem nilai yang dianut oeh berpikir sistem adalah
keteraturan(order).Hasil pemecahan masalah penggalian kabel yang menimbulkan
kemacetan dan kesemrawutan ini dapat kita saksikan setiap hari jika kita
melewati jalan-jalan di kota besar.
Pengembangan
Berpikir Sistem
Berpikir menurut konsep sistem, atau berpikir
sitem(sistematik), secara historis mempunyai sejarah yang tua sekali, yang
menurut Van Court Hare, sudah dimulai
dengan pembangunan piramida Cheops dalam zaman
Mesir kuno yang mempergunakan
sistem pengukuran dalam kontruksinya.Seperti juga produk ilmiah lainnya,
konsep sistem merupakan akumulasi dari berbagai pemikiran ilmiah sebelumnya.
Untuk meletakkan perkembangan sistem pada proporsi yang sebenarnya maka
beberapa peristiea yang relevan perlu ditelaah secara kronologis. Herbert A.
Simon, menyatakan bahwa Charles Babage
dan Frederick Taylor seharusnya menjadi anggota anumerta dari masyarakatOperasi
Riset.
Operasi Riset
secara historis merupakan penemuan yang telah memulai kegiatannya sekitar tahun
1939. Operasi Riset baru masuk Amerika Serikat pada musim semi 1940 melalui
James Bryant Conant yang menjadi Chairman of the National Defence Committee.
Tujuan
operasi riset adalah mencari pemecahan optimal , suatu hal yang tidak mungkin dilakukan dalam bidang
bidang tersebut diatas. Operasi riset
menganggap bahwa kombinasi dari
variabel-variabel adalah hak terbatas dan tujuannyaa adalah mencari kombinasi yang
optimal.Karena fungsinya yang berbeda maka Operasi Riset dan Sistem analisis
mempergunakan teknik-teknik yang berbeda pula. Operasi Riset umpamanya,
mempergunakan teknik programming, queueing,gaming, Monte Carlo dan sebagainya.
PBBS atau Planning –Programming
Budgeting System, sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1942 ketika
Amerika Serikat melancarkan Controlled Materialls Plan dalam Perang Dunia
Kedua.
David Novick dari RAND, menerbitkan buku Efficiency
and Economy in Goverment through New Budgeting and Accounting Procedures yang
mendemonstrasikan penerapan PPBS di Angkatan Udara. Pada tahun 1954 , Frederick
C.Mosher menulis buku Program Budgetting : Theory and Practice dengan contoh
penerapan di Angkatan udara. Sesudah itu PPBS diterapkan di berbagai negara
termasuk di Indonesia. Format rencana Pembangunan Lima Tahun(Repelita) dalam
rezim Orde Baru Menginstegrasikan secara fungsional kegiatan
perencanaan(Bappenas), penyusunan program (department terkait) dan penetuan
anggaran (Departemen Keuangan) dalam sebuah sistem yang terpadu. Format ini
merupakan variation on a theme,variasi dari sebuah tema, sebuah teknologi
sistem yang bernama Planing Programming-Budgetting System(PPBS).
Catatan
Akhir
Demikian secara singkat telah kita paparkan landasan
filosofis berpikir sistem dan sedikit sejarah perkembangannya. Tubuh
pengetahuan berpikir sistem ini dicoba dipetakan dalam input instrumental.
Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah
mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan
dalarn membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber
dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah
harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yang
bersifat reproduktif dan impersonal.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa didefinisikan mana yang merupakan
subyek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara
subyek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas.
Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir: tata bahasa yang tidak
cermat merupakan pencerminan dari logika berpikir yang tidak cermat pula. Oleh
sebab itu maka langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah
mem-pergunakan tata bahasa yang benar. Demikian juga penggunaan kata harus
dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan
pesan apa yang ingin disampaikan. Sekiranya kita ingin menyampaikan pesan bahwa
kita ingin makan dan memilih kata "haus" sebagai simbol pembawaan
pesan tersebut maka pemilihan kata lain adalah tidak tepat sebab "haus-
mengandung pengertian "ingin minum" dan bukan "ingin
makan". Sekiranya kita menyatakan umpamanya bahwa "orang itu pulang
dari Surabaya ke Jakarta naik kereta ekspres koboy maka segera kita kenali
bahwa terminologi "kereta ekspres koboi" itu membutuhkan penjelasan.
Untuk itu maka kalimat tersebut kita sambung dengan pernyataan yang bersifat
menjelaskan, "kereta ekspres koboy adalah kereta api ekspres Surabaya-Jakarta
yang berjalan pada siang hari".
Kadang-kadang bahkan
terminologi yang kelihatannya seakanakan sudah jelas dan gamblang juga
membutuhkan penielasan seperti "manajemen", "efektivitas"
dan "efisiensi". Intensitas penjelasan kita harus sepadan dengan
tujuan komunikasi kita, Sekiranya dalam langkah pengajuan masalah kita
mengintroduksikan "manajernen" sebagai masalah, maka pada tahap ini
penjelasan terminologi "manajemen" tersebut, cukup terbatas apa yang
diartikan dengan "manajemen" itu saja.
Sekiranya penjelasan
mengenai ini diberikan pada pembahasan mengenai masalah maka komunikasi kita
akan mengalami dua kerugian. Pertama, dengan terlalu banyaknya materi
pembahasan maka informasi yang berlebihan ini akan menimbulkan polusi, yang
untuk selanjutnya, akan menyebabkan prespektif mengenai masalah yang sedang
dibahas itu sendiri menjadi tidak jelas. Kedua, terpisahnya sumber informasi
pada Saat informasi itu diperlukan yang menyebabkan melemahnya argumentasi yang
sedang disusun. Umpamanya saja kita mempergunakan terminologi tertentu dalarn
bab satu sedangkan pengertian mengenai terminologi tersebut baru diielaskan
dalam bab dua. Tentu saja komunikasi seperti ini hanya Plas bagi penulisnya
tetapi tidak jelas bagi pembaca yang lain. Padahal komunikasi ilmiah
dirnaksudkan untuk konsumsi pihak lain tidak untuk dibaca sendiri seperti
sebuah buku harian.
Komunikasi ilmiah harus
bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang
benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan si pemberi pesan. seperti
fotokopi atau sebuah afdruk foto. Dalam komunikasi ilmiah tidak boleh terdapat
penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh pesan tersebut, sedangkan
dalam komunikasi estetik sering terdapat penafsiran yang berbeda terhadap obyek
komunikasi yang sama, yang disebabkan oleh penjiwaan yang berbeda terhadap
obyek estetik yang disampaikan.
Demikian juga harus dihindarkan bentuk komunikasi
yang mempunyai konotasi emosional. Sebuah pidato politik yang berapi-api bisa
jadi sangat bermanfaat untuk membakar Semangat, tetapi pidato ilmiah sepetti
itu, dalam sebuah karya ilmiah, adalah jelas salah alamat. Namun jangan
ditafsirkan bahwa Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, di mana berbeda
dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa "aku",
"dia", atau "Doktor Faust", merupakan figur yang muncul
secara dominan dalam seluruh cerita, maka figur seperti itu harus hilang dalam
pemyataan ilmiah, Kata ganti perorangan menjadi hilang dan ditempati oleh kata ganti
universal yakni "ilmuwan" yang tidak dinyatakan secara tersurat.
Hukum ilmiah biasa mempergunakan bentuk pasif seperti ini seperti dalam
pernyataan "jika dipanaskan maka logam akan memanjang". Gabungan
antara bentuk kalimat pasif dengan bentuk kalimat aktif juga sering dipergunakan
seperti umpamanya pernyataan "Untuk mendapatkan tingkat keumuman seperti
yang diharapkan maka contoh akan dipilih secara acak".
Pembahasan secara
ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan ilmiah sebagai premis
dalarn argumentasi kita. Pengetahuan ilmiah tersebut kita pergunakan untuk
bermacam-macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Demikian
juga kita membuat pernyataan seperti "Si A menyimpulkan", "Si B
menemukan", atau "Si C menyarankan", di mana dengan jelas dapat
kita kenali hakikat dan tujuan kutipan tersebut dalam karangan ilmiah kita.
Pernyataan ilmiah yang
kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat
kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat
kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan
apakah itu makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga, harus
dapat kita identifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut
beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.
Cara kita mencantumkan
ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita disebut teknik notasi ilmiah.
Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan
hakikat dan unsur yang sama meskipun dinyatakan dalam format dan simbol yang
berbeda-beda. Di dunia keilmuan dikenal beberapa teknik notasi ilmiah yang
diakui secara internasional. Setiap pedoman penulisan ilmiah mernpunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing Kadang sebuah pedoman penulisan cocok
untuk sebuah makalah pendek namun kurang cocok untuk laporan ilmiah yang
panjang yang membutuhkan keterangan-keterangan tambahan. Sebagai contoh dalam
buku ini banyak keterangan tambahan yang tidak dituliskan dalam tubuh tulisan
namun ditaruh dalam catatan kaki.
Buku ini memperlihatkan
contoh teknik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki (footnote). Sebelum
kita melakukan pilihan terhadap salah satu dari teknik notasi ilmiah yang ada
sebaliknya kita mengetahui dasar-dasar pemikiran yang melandasi teknik
tersebut. Hal ini penting kite ketahui agar dengan demikian kita dapat memilih
teknik notasi yang tepat dan tentu saja juga dengan selera si penulis ilmiah.
umpamanya, terdapat dua variasi : Variasi yang pertama ialah bahwa catatan kaki
itu ditaruh dalam halaman yang sama (footnote), sedangkan dalam vanasi kedua
catatan kaki itu seluruhnya dikelompokkan dan ditaruh pada akhir sebuah bab
(endnote).
Sebelum kita memilih
salah satu dari dua variasi tersebut maka ada baiknya kita ketahui fungsi dari
catatan kaki itu. Fungsi pertama dari catatan kaki adalah sebagai sumber
informasi dari pernyataan ilmiah yang dipakai dalam tulisan kita. Informasi
tersebut mencakup nama pengarang. judul tulisan dan media yang memuat karangan
tersebut. Sekiranya seluruh catatan kaki kita gunakan untuk informasi semacam
itu maka tidak ada salahnya seluruh catatan kaki itu kita kelompokkan dan di
taruh di akhir bab, sebab sekiranya diperlukan maka pernbaca dapat melihatnya
di halaman belakang. Keuntungan lainnya dari cara seperti ini adalah teknik
pengetikan lebih mudah. Namun sebenarnya terdapat fungsi kedua dari catatan
kaki yakni sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil, yang sekiranya diletakkan
dalam tubuh utama laporan akan mengganggu kelan caran penulisan. Dalarn penulisan
di bidang-bidang tertentu seperti sejarah, antropologi atau ilrnu pendidikan,
catatan tambahan seperti ini mempunyai peranan yang penting.
Catatan semacam ini dapat pula diletakan dalam
catatan kaki, namun sekiranya catatan kaki yang mengandung keterangan yang
bersifat memperkaya ini ditaruh di halaman belakang, kemungkinan besar
keterangan tambahan ini tidak akan terbaca.
Pada dasarnya sekiranya
kita mempergunakan pernyataan orang lain dalam tulisan kita, kutipan yang
dipinjam tersebut dapat berupa "kutipan langsung" atau "kutipan
tidak langsung" Kutipan langsung rnerupakan pemyataan yang kita tuliskan
dalam karya ilmiah kita dalam susunan kalimat aslinya tanpa mengalarni
perubahan sedikitpun. Sedangkan dalam kutipan tidak langsung kita mengubah susunan
kalimat yang asli dengan kalimat kita sendiri. Sernua kutipan baik langsung
maupun tidak langsung biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa pengantar yang
dipakai. Terkecuali pernyataan yang khas yang sebaiknya kita kutip dalam bahasa
aslinya disertai terjemahannya.
Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan
dengan tujuan untuk memperlahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin
membuat pernyataan yang sangat otentik yang bisa disalin ke dalam bentuk
pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya.
kutipan langsung sering
dipergunakan untuk memadukan antara gaya penulisan seseorang dengan pernyataan
orang lain yang ingin dipertahankan keasliannya, urnpamanya dalam kalimat:
perbuatan seorang pembunuh yang memotong-motong orang itu sungguh merupakan
"kebiadaban orang biadab" dan "puncak tindak kriminal"
tahun ini. Dalam kalimat ini maka pernyataan yang bersifat otentik seperti
"kebiadaban orang biadab' dan "puncak tindak kriminal dikutip secara
langsung, sedangkan pernyataan lainnya telah kita salin ke dalam bahasa kita
sendiri dalam bentuk kutipan tidak langsung. Kutipan langsung jumlahnya kurang
dari empat baris ditaruh dalam tubuh tulisan dengan mempergunakan tanda kutip.
Untuk kutipan langsung yang terdiri dari empat baris kalimat atau lebih maka
keseluruhan kutipan tersebut di taruh dalam tempat tersendiri.
Dalam melaporkan hasil
analisis statistika maka harus dihindarkan pernyataan-pernyataan numerik yang
sebenarnya dapat dikemas dalam bentuk tabel. Umpamanya. kalimat seperti Wharga
F hitung untuk pengujian signifikansi regresi adalah 7,51 yang lebih besar bila
dibandingkan dengan F tabel sebesar 3,89 pada taraf signifikansi 0.05 yang
rmenyimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak" sebaiknya merupakan bagian dari
sebuah tabel yang memuat seluruh analisis statistika secera lengkap, Tabel
analisis statistika harus bersifat seperti iklan sebuah sabun cuci yang mampu
"mencuci sendiri". Artinya tabel analisis statistika yang baik memuat
sernua keterangan dari faktor yang ada dalam tabel tesebut termasuk hasil akhir
analisis.
Dengan cara seperti ini
maka pernyataan verbal dalam karangan kita hanya memuat proposisi dan bukan
data mentah yang masih harus diolah. Kalimat seperti "hasil analisis
variansi Sebagaimana tercantum dalarn tabel di atas menyimpulkan" akan
lebih bermakna bagi pembaca orang lain ketimbang analisis itu dilakukan secara
verbal dalam pernyataan yang bertele-tele dan membosankan.
Laporan penelitian
biasanya mempunyai ringkasan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Dalarn hal ini
kita sebaiknya memperhatikan dua hal yakni, pertarna. bahasa tersebut mempunyai
tata bahasa khusus untuk komunikasi ilmiah yang disebut sebagai scientific
grammar Teknik penulisan ilmiah yang disajikan dalam buku ini menggunakan
hal-hal yang baik dalam gramatika tersebut. Untuk activity, umpamanya, kite
mempunyai sinonim enterprise dan endeavor. Dua kata tersebut. jika anda
penggemar serial televisi Star Trek, s adalah nama kapal penjelajah antariksa
yang termasyhur. Tokoh-tokoh Star Trek9, seperti demikian juga Anda para
peneliti muda, adalah para penjelajah yang tak kenal menyerah. Menjelajah
antariksa menembus batas-batas bima sakti. Menemukan ufuk baru, menyingkap
cakrawala kehidupan yang penuh dengan misteri. Mereka menernbus batas-batas
kehidupan: mencari peradaban baru, menemukan pengetahuan yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya:
Action research :
Jembatan antara
penelitian dengan pengabdian
Action
research dalam pelaksanaannya mempunyai berbagai bentuk :
1.
The Action not
the Research
Yang
menonjol dalam the action not the Research adalah kegiatan (action) dan bukan penelitiannya (research). Konsep kelimuan yang tidak jelas dan
lagkah-langkah kegiatannya agak sukar untuk diterima sebagai karya yang
memenuhi persyaratan akademik.
2.
The Research not
Action.
Konsep
keilmuan dan memenuhi persyaratan
penelitin ilmiah yang baku namun tidak
mempunyai kegiatan organisatoris terstruktur yang terintegrasikan dalam
penelitian
3.
The Research and
the Action.
Sintesis
dari kedua bentuk terdahulu yakni konsep keilmuan yang jelas metodologi penelitian yang baku serta peranan
yang seimbang antara peneliti dan klien dalam
melakukan action research.
Karakteristik Action Research
Action research, berbeda dengan
penelitian-penelitian tersebut, hanya mempunyai kesahihan di tempat lokasi di
mana penelitian dilakukan. Action research memang tidak ditujukan untuk
menemukan pengetahuan ilmiah yang bersifat universal, melainkan mencari
pemecahar praktis terhadap permasalahan yang bersifat lokal. Kegiatan dalam
penelitian (action ) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari penelitian (research) sehingga kedua hal tersebut harus saling
menyesuaikan. Penelitian memang
dirancang sesuai dengan metodologi
penelitian yang baku namun dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan “kondisi kegiatan” atau lebih tepat
disebut sebagai “perkembangan kegiatan” agar tujuan yang terkandung dalam
action research dapat tercapai.
Kegunaan Action Research.
Setting action
research ialah sebuah komunitas yang diintervensi dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi dengan melibatkan anggota
komunitas tersebut Artinya, yang memecahkan masalah itu secara konkret adalah
anggota komunitas itu sendiri, dan peneliti berperan sebaga change agent dan konsultan. Jadi logika action
research adalah logika eksperimen dengan catatan bahwa eksperimen ini tidak
dilakukan dalam laboratorium atau kelompok sosial yang kita anggap sebagai blok
eksperimen, melainkan dalam kehidupan nyata..
Menjembatani Kesenjangan .
Untuk itu maka action
research menghilangkan hambatan psikologis ini dengan jalan melibatkan semua
pihak dalam upaya pembaharuan ini sejak tahap awal. Dengan cara ini maka mereka
turut menentukan arah pembaharuan itu sehingga menguran perasaan terancam
tersebut. Di samping itu, keikutsertaan dalam suatu upaya pembaharuan, menimbulkan
perasaan ikut memilil yang menjembatani kesenjangan antara pemecahan dan pen
rapan. Action research, ditinjau dan segi ini, dapat dianggap sebagai
suatu pembaharuan dan dalam.
Jika upaya pembaruan itu mempergunakan suatu konsep baru maka action research juga memulai kegiatannya dengan memperkenalkan hakikat dan kegunaan konsep tersebut. Dengan menguasai pengetahuan mengenai itu maka orang lebih merasa aman (secure) terhadap upaya pembaharuan dan mendorong tumbuh sikap dan perilaku yang positif. Untuk melaksanakn ini dengan baik peneliti menerapkan langkah-langkah yang terdapat dalam konsep Organization Development. Action research menerapkan konsep penelitian ilmiah terhada pemecahan masalah Penelitian ilmiah ini tidak dilakukan hanya oleh peneliti, sebagaimana dilakukan dalam penelitian akademi lainnya, tetapi melibatkan juga semua pihak yang terlibat.
Jika upaya pembaruan itu mempergunakan suatu konsep baru maka action research juga memulai kegiatannya dengan memperkenalkan hakikat dan kegunaan konsep tersebut. Dengan menguasai pengetahuan mengenai itu maka orang lebih merasa aman (secure) terhadap upaya pembaharuan dan mendorong tumbuh sikap dan perilaku yang positif. Untuk melaksanakn ini dengan baik peneliti menerapkan langkah-langkah yang terdapat dalam konsep Organization Development. Action research menerapkan konsep penelitian ilmiah terhada pemecahan masalah Penelitian ilmiah ini tidak dilakukan hanya oleh peneliti, sebagaimana dilakukan dalam penelitian akademi lainnya, tetapi melibatkan juga semua pihak yang terlibat.
Masalah
Masalah yang digumuli dalam action research pada garis besarnya dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu :
Masalah yang digumuli dalam action research pada garis besarnya dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu :
1.
Kategori pertama adalah mencakup permasalahan
yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bimbingan dan pengarahan dan
peneliti action research. Dalam hal ini maka masalah terinci mengenai
bidang-bidang apa saja yang akan diteliti ditentukan oleh kelembagaan sekolah
itu sendiri.
2.
Kategori
kedua adalah penerapan suatu konsep yang ditaw arkan oleh kepada sebuah
lembaga. Konsep itu sendiri ditentukan oleh peneliti yang akan melakukan action
research.
Kajian Teoretis
Action research tipe kedua mensyaratkan penguasaan teoretis yar
mencakup the state of the art dan teori yang bersangkutan. Artinya,
peneliti harus mengetahui seluruh teori tersebut beserta perkembangannya sampai
saat sekarang. Satu hal yang pasti mendapatkan perhatian dalam hal ini adalah
memberikan pengertian yang cukup kepada pemimpin lembaga di mana konsep ini
akan diterapkan. Suatu action research hanya dapat berhasil bila dapat dukungan
kuat dan pihak atasan. Mengingat hal tersebut di atas terdapat beberapa faktor
yang harus diperhatikan oleh seorang mahasiswa yang ingin melakukan action
research sebagai penelitian yang melengkapi sebagian persyaratan akademiknya,
yaitu :
1.
Action
research membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membereskan persoalan yang
bersifat administratif yang termasuk di dalamnya persetujuan dan dukungan dan
pimpinan lembaga yan bersangkutan.
2.
Action
research harus diselesaikan sampa teknologi yang diterapkan membawa hasil
sesuai dengan waktu. kematangan (maturity) yang dibutuhkan. Hal ini
berarti bahwa action research membutuhkan waktu yang relatif lebih lama bila
dibandingkan degan penelitian ilmiah lainnya.
Langkah-Iangkah dalam Action Reserach
1.
Langkah
pertama adalah merumuskan masalah yang akan dipecahkan lewat kegiatan
action research. Perumusan masalah mesti dilakukan secara terinci dan jelas
yang mencakup variabel yang akan diintervensi serta cara pengukuran
keberhasilan intervensi tersebut. Pengukuran ini perlu sebab merupakan
indikator berhasil atau tidaknya suatu penerapan teknologi baru. Seperti juga
dalam peneiitian iimiah lainnya, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah
perlakuan diberikan.
2.
Langkah kedua
adalah melakukan pengkajian teoretis mengenai teknologis yang akan
diterapkan. Pengkajian teoretis yang pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengetahui hakikat mengenai teknologi yang akan diterapkan.
Jika teknologi x
diterapkan maka diduga akan membawa pengaruh sebagai berikut:
1.
Terdapat
perbaikan dalam pengumpulan data yakni data dikumpulkan secara lebih sesuai
dengan kebutuhan;
2.
Terdapat
perbaikan dalam pengolahan data yakni data diolah Iebih cepat, lebih sistematis
dan lebih komunikatif (dalam bentuk visual):
3.
Dengan adanya
perbaikan dalam pengumpulan dan pengelolaan data maka fungsi perencanaan dapat
dilakukan secara febih efektif yakni lebih komprehensif,
lebih analitis dan lebih tepat waktu.
lebih analitis dan lebih tepat waktu.
4.
Dengan adanya
perbaikan dalam fungsi perencanaan maka fungsi pelaksanaan dapat dilakukan
secara tebih efektif yakni lebih efisien dan lebih terarah.
5.
Dengan adanya
perbaikan dalam fungsi perencanaan yang ditunjang oleh perbaikan dalam pengumpulan
dan pengolahan data maka fungsi kontrol dapat dilaksanakan secara lebih efektif
yakni lebih cepat dalam mendeteksi penyimpangan serta Iebih banyak menemukan
kasus pelanggaran.
Hipotesis tersebut di
atas diajukan sekaligus dengan indikator kinerja (performance) yang
dapat diukur secara kuantitatif.
Fleksibilitas
Metodologi Penelitian
Action Research
Metodologi penelitian
dalam suatu penelitian ilmiah, terutama desain penelitian, jarang sekali
mengalami perubahan, apalagi dalam penelitian yang bersifat kuantitatif. Hal
ini berbeda dengan action research yang mempunyai metodologi penerapan yang
bersifat fleksibel. Artinya, metodologi penerapan mi secara terus menerus
domonitor dan disempurnakan bila diperlukan. Bahkan dapat dikatakan, bahwa salah
satu penemuan dan action research, adalah pengetahuan bagaimana cara menerapkan
suatu teknologi dalam suatu proses organisasi. Di samping metodologi penerapan
yang bersifat teknis juga terdapat metodologi penerapan yang bersifat
manajerial. Seperti diketahui, tujuan action research bukan saja mengembangkan
kemampuan teknis dan penerapan teknologi tetapi juga kemampuan manajerial
tersebut. Setelah metodologi dirumuskan dan teknologi diterapkan dalam angka
waktu tertentu maka tiba saatnya melakukan langkah benk utya yakni penilaian
keberhasilan penerapan tersebut.
Action Research dan Pengembangan Konsep
Banyak sekali
konsep imiah yang belum kita uji penerapannya dalam konteks kehidupan
masyarakat kita. Khasanah pengetahuan ilmiah mengandung potensi yang besar
sebagai sumber yang mampu memecahkan permasalahan yang kita hadapi secara
konsepsional. Pemecahan secara konsepsional mi merupakan cara pemecahan yang
bersifat mendasar yang tidak bersifat tambal sulam. Dengan cara demikian kita
dapat mengharapkan pemecahan masalah secara tepat dan tuntas. Walaupun demikian
banyak konsep ilmiah yang telah kita sebutkan di atas memerlukan modifikasi
agar sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat kita. Dalam hal ini maka
action research dapat berperan untuk melakukan verifikasi dan sekaligus
melakukan modifikasi terhadap konsep-konsep termaksud meskipun dalam
skala-skala yang kecil. Pemikiran-pemikiran baru mungkin timbul dan penelitian
yang berskala kecil mi dan generalisasi yang lebih luas dapat kita lakukan kemudian.
Mengingat potensi action research mi maka disarankan agar penelitian seperti mi bisa sering dilakukan. Dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat hasil penelitian action research dapat dipergunakan sebagai tesis dan disertasi untuk program pascasarjana. Untuk menggalakkan action research ini maka dihimbau agar kelembagaan pemerintah maupun swasta bersifat lebih terbuka bagi mahasiswa pascasarjana yang bermaksud melakukan penelitian. Dengan demikian maka akan terjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara perguruan tinggi dan kelembagaan dalam masyarakat.
Mengingat potensi action research mi maka disarankan agar penelitian seperti mi bisa sering dilakukan. Dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat hasil penelitian action research dapat dipergunakan sebagai tesis dan disertasi untuk program pascasarjana. Untuk menggalakkan action research ini maka dihimbau agar kelembagaan pemerintah maupun swasta bersifat lebih terbuka bagi mahasiswa pascasarjana yang bermaksud melakukan penelitian. Dengan demikian maka akan terjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara perguruan tinggi dan kelembagaan dalam masyarakat.
Jembatan Pengabdian Masyarakat
Action research, dalam konteks tersebut di atas, dapat merupakan
jembatan antara penelitian dengan pengabdian pada masyarakat, yang merupakan
pengejawantahan dan tridharma perguruan tinggi. Hasil penelitian yang mempunyai
kegunaan aplikatif dapat diterapkan dalam memecahkan permasaahan yang dengan
penggunaan action research. Hal ini akan membawa keuntungan yang bersifat
timbal-balik yakni, pertama, masyarakat dimungkinkan dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapin ya secara konsepsional sehingga peluang
keberhasilannya menjadi lebih besar, kedua, masyarakat terlibat secara langsung
dalam proseS pemecahan masalah yang mereka hadapi dan sekaligus mempelajari
konsepsi dan penerapanya dalam pemecahan masalah tersebut dan, ketiga,
perguruan tinggi akan mendapatkan masukan dan lapangan yang dapat dipergunakan
dalam menyempurnakan konsepsi yang telah berhasil diterapkan. Pengetahuan
teoretis yang bersifat universal yang dilengkapi dengan seperangkat postulat
dan asumsi tertentu mengeflai realitas yang dihadapi belum tentu cocok dengan
situasi sosial budaya kita. Penerapan konsepsi keilmuan yang universal dalam
kondisi sosial budaya kita secara membumi (groundec) memungkinkan kita
untuk menyempurnakan teori tersebut agar lebih fungsional dalam kehidupan.
Action research akan sangat berguna untuk menyempurnakan penerapan konsep keilmuan yang disesuaikan dengan dengan tingkat kemajuan manajemen dan sumber daya manusia kita. Action research yang dilaksanakan dengan baik mempunyai kegunaan yang sangat efektif balk dalam memecahkan masalah maupun dalam pengembangan khasanah pengetahuan ilmiah. Kegunaan action research dalam pengembangan ilmu ini masih kurang disadari kemanfaatannya dan dengan demikian kurang banyak dipergunakan dalam kegiatan penelitian ilmiah.
0 komentar:
Posting Komentar